
Taman Wisata Matahari adalah tempat wisata yang murah dan memiliki banyak sekali wahana di Puncak Bogor. Tempatnya adem karena ya namanya juga di puncak.
Di jaman millenial seperti sekarang, travelling ibarat bayar SPP sekolah atau bahkan ibarat googling soal keagamaan : rutin. Walaupun rutin toh kita biasanya akan mencari tempat liburan yang murah, tempatnya bagus dan yang paling penting bisa nangkring di Instragram.
Sekarang instagram konon mengubah algoritmanya sehingga para netizen dituntut untuk menghasilkan foto yang cihuy supaya awet bertengger di laman beranda followernya.
Di pulau jawa bagian barat, Puncak dan Bandung masih menjadi primadona tempat liburan orang Jakarta. Ini tergambar dari macetnya pintu tol yang mengarah puncak dan pintu tol ke arah Bandung yang selalu menghiasi layar berita yang Jakarta sentris ini.
Sekarang juga sedang naik daun tempat-tempat di Lembang seperti Air Terjun Maribaya atau yang sedang naik daun Farmhouse Lembang.
Padahal di bagian Indonesia ada aktivitas yang lebih seru dalam mengisi liburan, tapi toh Televisi kita menganggap bahwa kemacetan di Bandung dan Puncak itulah liburan sejati, paripurna dan sempurna untuk diberitakan.
Sayapun sebagai bagian dari generasi ini akhirnya mengamini bahwa liburan di Puncak dan Bandung itu memang seru. Walaupun alasan saya sebenarnya karena jarak rumah saya lebih dekat ke kedua kota tersebut alih-alih mencari keseruan lebih di bagian Indonesia lainnya.
Intinya sih ndak punya duit saya kalau harus melancong jauh-jauh. Setelah diskusi sama istri, saya memutuskan untuk berlibur ke Taman Wisata Matahari puncak, Bogor.
Lagi-lagi sebagai generasi millenial yang menggantungkan hidupnya sama google. Saya mulai googling segala hal tentang Taman Wisata Matahari. Saya dapat informasi mengenai harga tiket masuknya, tiket mobilnya dan wahana apa saja yang ada di sana.
Riset awal saya menunjukkan bahwa untuk menuju sana saya harus masuk tol Jagorawi via lingkar luar Jakarta, kemudian harga tiketnya Rp 45.000,- per orang. Kemudian ada banyak wahana yang umumnya membayar sendiri alias tidak terusan. Tiket terusan hanya untuk beberapa wahana.
Pagi yang indah dan cerah, saya mulai membuka tutup mobil saya. Maklum ini mobil hanya dipakai saat weekend, di hari lain ya hanya menghuni garasi dengan selimut kebanggaannya ini.
Bersih-bersih kabin, kemudian loading barang, stater mesin dan siap untuk berangkat. Masih pagi udara dan lalu lintas Bekasi masih bisa diajak kerjasama, siang dikit pasti udah ngajak kelahi panasnya.
Rute Perjalanan ke Taman Wisata Matahari Puncak
Tidak butuh waktu lama saya sudah masuk ke Tol Lingkar Luar dan lanjut ke Jagorawi. Tol Jagorawi ini tol favorit saya setelah tol Cipularang kalau lagi ndak macet. Ha piye, kedua tol itu adalah obyek yang sering saya gambar waktu TK dulu. Dua gunung dengan jalanan yang lebar dan panjang, serta kanan kiri yang hijau kadang ada persawahan, syahdu betul.
Sampai di pintu tol Ciawi saya lega karena sedang ada buka tutup ke arah atas, jadi aman deh. Kesempatan nggeber mobil yang kebetulan belum pernah nanjak. Lewat pintu tol langsung disambut sama jalan raya puncak yang naik turun, walaupun sebenarnya masih enteng sih untuk yang sudah pengalaman.
Karena track yang seperti itu pakai D4 kok rasanya berat, saya turunin ke D3 agak mendingan bisa nyelap-nyelip kendaraan yang di depannya. Gini ternyata rasanya nyetir mobil matic di jalan yang naik turun. Nanti pulang ke Tuban kayanya mesti nyoba track Pujon – Malang.
Suasana Tempat Wisata Matahari
Tidak butuh waktu lama saya sampai di pintu masuk Taman Wisata Matahari. Masih sama seperti dulu, diawali dengan jalan yang turun menurut saya agak tajam sih tapi lebar jadi santai saja. Sudah ramai bus-bus pariwisata. Saat itu saya sampai jam 10an pagi.
Kalau tidak jelas tanya saja sama petugas yang standby. Saya beberapa kali bertanya dimana pintu untuk ke tempat parkirnya. Akhirnya sampai di gerbang yang sepertinya khusus mobil pribadi. Saya ditanya berapa orang, saya jawab 3 orang karena anak di atas dua tahun sudah harus bayar.
Setelah bayar saya harus ekstra hati-hati dalam menyetir mobil. Karena sudah masuk di area wisata, banyak pedestrian yang mayoritas anak-anak. Masukan untuk pengelola sebaiknya jalurnya dipisah antara pedestrian dan kendaraan.
Suasana bogor yang adem sudah berasa, suara-suara serangga hutan kemudian gemricik air. Duh Dek! Tapi Bogor lagi panas-panasnya sebenernya. Saat keluar mobil, matahari langsung menyengat kuat, walaupun masih dalam toleransi sih. Beberapa lama saya cari parkir akhirnya sampai di tempat parkir dekat wahana kereta mini.
Wahana Taman Wisata Matahari Puncak atau TWM
Keluar dari tempat parkir, kemudian saya bingung mau kemana dan ngapain karena tempatnya luas dan wahananya banyak. Akhirnya saya putuskan untuk coba menggunakan mobil-mobil berkarakter yang mengelilingi Taman Wisata Matahari. Dengan membayar 15.000 per orang, saya naik mobil karakter.
Terminal mobil ada di dekat taman Palm, tanya petugas terdekat saja. Saya pun berkeliling Taman Wisata Matahari. Selama perjalanan saya bertanya-tanya soal wahana-wahana yang mungkin saya kunjungi.
Dari informasi driver mobil tadi, saya mendapatkan informasi bahwa tiket yang saya miliki ternyata adalah tiket terusan yang bisa untuk menikmati beberapa wahana secara gratis.
Saya diskusi dengan istri dan memutuskan untuk mengunjungi kereta mini, perahu karet dan trampolin. Kenapa saya pilih itu, anak saya adalah penggemar kereta api, perahu dan lompat-lompat. Setelah itu saya mulai dengan perahu karet karena dekat dengan terminal mobil tadi.
Di wahana ini diberikan satu perahu karet, bisa diisi maksimal 4 orang lah ya. Kemudian dibekali dua dayung, tanpa pemandu. Jadi seru-seruan diatas perahu karet. Anak saya yang dasarnya suka main air, huuu… seneng banget. Naik perahu karet sambil menikmati suasana Taman Wisata Matahari. Saran saya sih harus dengan yang enggak panikan supaya bisa mendayung dengan terarah. Sebenarnya bisa juga meminta pemandu dengan memberikan uang “seikhlasnya” kepada pemandunya.
Beberapa lama saya muterin danau yang menjadi arena bermain perahu karet, sayapun berusaha menyudahinya. Beberapa kali bertabrakan dengan pengunjung lain menuju tepi ternyata malah menjadi sensasi tersendiri.
Kami senang mereka yang kami tabrak perahu karetnya pun ikut tertawa lepas, seperti semua beban hidupnya rontok. Sepertinya mereka jarang tertawa selepas yang saya lihat saat itu.
Setelah itu saya berjalan kaki menuju wahana kereta mini. Ini wahana masih gratis dengan tiket terusan. Antrinya lumayan banyak. Saya awalnya mau supaya anak saya yang berusia 2,5 tahun naik sendiri. Tapi setelah saya lihat sepertinya tidak aman kalau sendirian. Harus didampingi sama orang tua.
Akhirnya saya pun ikut antri wahana ini. Walaupun antrinya banyak tapi tidak terlalu lama menunggu, untuk dapat naik ke kereta. Ini karena kereta mininya cuma satu putaran dan putarannya pendek.
Akhirnya tiba giliran saya. Saya naik bertiga sama anak dan istri. Kereta mini pun berjalan. Sama seperti pengunjung sebelumnya, belum puas rasanya menaiki kereta ini eh sudah sampai saja. Tidak apa-apa yang penting sudah merasakan sensasinya.
Lepas itu saya ke parkiran mobil. Karena jarak ke wahana selanjutnya lumayan jauh, saya putuskan untuk bawa mobil dan cari tempat parkir di sekitar wahana trampolin.
Sayapun akhirnya masuk ke Trampolin. Di tempat ini saya harus mendapatkan stempel seperti di dufan. Sebenarnya trampolin ada di wahana dunia fantasi. Masuk langsung ke Trampolin dan anak saya pun takut. Padahal waktu lihat anak-anak lain lompat-lompat dia kaya exited dan pengen ikut.
Eh pas masuk ke trampolinnya malah mogok nggak mau. Katanya takut, soalnya dia masih kecil dan anak-anak lainnya yang lompat-lompat umumnya sudah besar. Tapi lama-lama dia tergoa untuk lompat-lompat, akhirnya malah nggak mau selesai.
Makan Siang di Wisata Matahari Puncak
Baik jam di HP sudah menunjukkan jam 13.00 WIB, waktunya makan siang. Dekat dari Trampolin ada tempat makan yang enak sih namanya Sunda Express, bisa dapet potongan 10% ketika menunjukkan tiket terusan yang dibeli di pintu masuk tadi.
Makanannya khas sunda sesuai namanya. Saya sebagai orang jawa sih cocok-cocok saja rasanya. Lagian udah laper banget. Nah Sunda Express ini jadi tempat pemberhentian terakhir saya di Taman Wisata Matahari Bogor. Setelah itu saya start mobil dan pulang ke Bekasi dengan mampir dulu ke Cimory beli yogurt kesukaan anak saya.
Hehehe anak-anak, yah. Pada akhirnya mau juga main trampolin.
Iya gitulah kalau dalam tahap mengenalkan anak hal-hal baru :-)
Sering lewat tapi belum pernah masuk, dan baru tahu di Taman Matahari ada danaunya, hehe. Weekend pasti ramai banget, nih.
Ayo ke sana :-D
Aku belum pernah nih ke Taman Wisata Matahari.
Suami ku agak anti ke daerah Puncak, sudah langsung malas ngebayangin macet duluan kalau aku nyebut kata Pucak. ahahahaha
Padahal senang, banyak wisata enggak pakai mahal di sana.
Kemarin pas beruntung, kena satu arah ke atas sampai jam 11 jadi lancar kemudian turunnya sampai jam 6 jadi lancar juga.