Jonegoroan, Bahasa Khas Bojonegoro, Harus Kita Lestarikan!

Bahasa Khas Bojonegoro
Gerbang Bojonegoro, Sumber : Hipwee

Jonegoroan adalah Bahasa Khas Bojonegoro, sebenarnya Bojonegoro juga menggunakan bahasa Jawa tapi tentu dengan ciri khasnya. Mungkin lebih tepatnya disebut dialek kali, ya.

Bojonegoro seperti halnya Kota lain di Jawa, walaupun menggunakan bahasa jawa tetapi memiliki kekhasannya sendiri, seperti misalnya Bahasa Khas Tuban, Bahasa Khas Surabaya dan sebagainya.

Sekilas Tentang Bahasa Jonegoroan

Bahasa yang digunakan di Bojonegoro, disebut juga dengan istilah Jonegoroan. Jonegoro merupakan kata singkat untuk menyebut kota Bojonegoro. Seperti misalnya menyebut kecamatan Merakurak menjadi Rakurak dan sebagainya.

Orang jawa biasa menambahkan “an” untuk menjadikan kata benda sebagai kata sifat. Misalnya Malangan ya apa-apa yang khas Malang, Surabayan, Semarangan dan lain-lain. Jadi jonegoroan ya apa-apa yang memiliki sifat bojonegoro. Bisa batik, bahasa, makanan ataupun lainnya.

Jadi Bahasa Jonegoroan ya Bahasa yang dituturkan oleh orang Bojonegoro.

Kekhasan dari Bahasa Jonegoroan

Dari berbagai sumber, saya mendapatkan informasi mengenai kehasan Bahasa Bojonegoro terletak pada dialek atau logatnya lalu juga penambahan kata dan kata ganti yang khas. Apa saja? Berikut beberapa yang saya tahu.

Nem atau em, adalah kata ganti milik. Misalnya jika bahasa jawa umumnya menyebut “Nggonmu” untuk menunjukkan “milikmu”, maka di Bojonegoro kamu akan menemu kata Nem atau em. Sebenarnya tidak hanya Jonegoroan yang menggunakannya. Bahasa Tuban pun sama.

Selanjutnya Leh. Leh ini dalam bahasa Indonesia mungkin sama maknanya dengan “sih”. Contoh penggunaan Leh di Bojonegoro adalah Piye leh? yang artinya bagaimana sih? Lagi-lagi kata ini juga tidak hanya dituturkan oleh orang Bojonegoro. Bahasa Tuban pun sama.

Lalu ada juga perubahan huruf vokal dari U menjadi O. Bisa kita lihat pada kata butuh menjadi butoh. Lalu sepuluh menjadi sepuloh, dan lain-lain. Penggantian huruf vokal bukan hanya terjadi pada huruf u, namun juga pada ih. Misalnya kata getih yang berarti darah menjadi geteh. Lalu ada juga kata batih menjadi bateh.

Lestarikan Bahasa Daerah Khas Bojonegoro

Kata di atas menjadi slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang membidangi bahasa di Indonesia. Lengkapnya, Utamakan Bahasa Indonesia Kuasai Bahasa Asing Lestarikan Bahasa Daerah.

Tidak mengherankan memang di era globalisasi saat ini, bahasa daerah mulai tergerus dengan bahasa Indonesia bahkan di beberapa tempat bahasa Asing yang mendominasi.

Pada tahun 2020, Kemendikbud merilis ada 718 bahasa daerah di Indonesia. Tapi pada tahun 2020 pula ada berita yang menyedihkan, 11 bahasa daerah dinyatakan punah, dan 25 bahasa daerah lainnya berpotensi besar akan punah.

Sebagai orang Bojonegoro tentu kamu enggak mau kan bahasa kamu punah penuturnya? Yuk Lestarikan!

Cara Melestarikan Bahasa Khas Bojonegoro

Lalu bagaimana cara melestarikan? Sebenarnya mudah, cukup bangga saja menggunakan bahasa ini. Jangan malu menggunakan dialek Jonegoroan ketika kamu sedang di luar daerah. Jika teman kamu tidak mengerti ya jelaskan artinya, intinya jangan tinggalkan bahasa ini.

Ada banyak orang Bojonegoro yang merantau diseluruh pulau jawa ini yang mayoritas berbahasa jawa, jangan malu menggunakan dialek Jonegoroan, toh mereka pasti banyak tahu kok artinya. Misalnya ke Malang atau Surabaya, wes ndak usah pakai bahasa Surabayan atau Malangan.

Boleh pakai bahasa mereka tapi saat pulang ke Bojonegoro ya mari gunakan Jonegoroan kembali. Setuju?!

Kamu pasti enggak mau kan Bahasanya Embahmu, Bahasanya Bapakmu, Ibumu dan leluhur kamu punah karena anak cucunya enggak bangga lagi menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 Komentar

  1. Daerahem piye lur saiki kabare/ nggonem piye, itulah ciri ciri khas Bojonegoro/ em gak pernah lali.