Cerita Ziarah Sunan Drajat, Bikin Adem Hati Kamu

Cerita Ziarah Sunan Drajat Lamongan

Ziarah Sunan Drajat bisa menjadi pilihan kamu untuk mengisi agenda wisata dalam rangka liburan akhir tahun di Kota Lamongan Jawa Timur. Bisa dirangkaikan pula dengan ziarah anggota walisongo lainnya. Wisata religi sekaligus wisata sejarah.

Ziarah Sunan Drajat dan walisongo lainnya saat ini sedang digandrungi banyak orang. Setiap akhir pekan banyak sekali rombongan bus besar yang lalu lalang di sekitar lokasi makam walisongo. Di Sunan Drajat pun sama.

Di Indonesia, tradisi ziarah walisongo termasuk ziarah Sunan Drajat telah lama dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepada anggota walisongo yang telah mampu menyebarkan agama Islam secara damai di bumi nusantara. Saat ini pengelolaan makam walisongo juga semakin hari semakin profesional untuk melayani para peziarah, termasuk Ziarah Sunan Drajat.

Sedikit Tentang Sunan Drajat

Sebelum saya melanjutkan tentang Ziarah Sunan Drajat, saya akan cerita sedikit tentang Sunan Drajat, ya. Raden Qosim adalah nama asli Sunan Drajat. Beliau adalah putra dari Sunan Ampel, seorang Imam di Ampeldenta pada zaman Majapahit.

Artinya Raden Qasim adalah saudara kandung dari Raden Makdum Ibrahim yang bergelar Sunan Bonang, yang dimakamkan di Tuban. Menurut Sejarawan Agus Sunyoto dalam bukunya Atlas Walisongo, Sunan Drajat memiliki banyak nama selain Raden Qasim, sebut saja Masaikh Munat, Raden Syarifuddin, Maulana Hasyim, Pangeran Kadrajat, Sunan Mayang Madu, dan yang terkenal tentu saja Sunan Drajat.

Tempat Ziarah Sunan Drajat

Makam sunan Drajat terletak di Desa Drajat, kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Kalau Kamu Ziarah Sunan Drajat dari arah Surabaya, Kamu ambil arah Gresik kemudian ke arah Sedayu. Terus saja ke arah Paciran. Kalau dari Gresik butuh waktu sekitar 30 menit, jadi kalau dari Surabaya sekitar 1 jam 30 menit.

Bacaan Lainnya

Kalau Kamu dari arah Semarang Kamu susuri aja jalan Pantura, ketika sampai di pertigaan Jalan Manunggal Utara, Tuban, ambil lurus terus ke arah Paciran. Kemudian melewati Wisata Bahari Lamongan dan ada petunjuk ke arah kanan, itu lah makam Sunan Drajat. Kalau dari Tuban sama sepertinya dengan dari Surabaya, butuh waktu sekitar 1 jam 30 menit.

Ketika sampai di gerbang masuknya, Kamu akan diminta untuk membayar retrebusi. Saya lupa besarannya tapi murah kok tenang aja. Retrebusi tersebut sudah termasuk parkir kendaraan. Kalau hari libur, wisatawannya banyak banget, biasanya menggunakan Bis ukuran besar.

Setelah itu langsung menuju komplek makam Sunan Drajat dengan berjalan kaki. Jangan heran ya, ini Pantura jadi ya panas. Tapi tenang panasnya cuma sementara, hanya diparkirannya saja, setelah sampai di komplek pemakamannya sejuk kok.

Cerita Ziarah Sunan Drajat

Seperti makam walisongo lainnya, makam Sunan Drajat juga terdapat dalam bangunan cungkup berarsitektur Jawa. Ketika memasuki makam, kamu akan melewati gerbang batu berukir khas Jawa yang sudah terpengaruh Islam, misalnya ukiran-ukiran yang bermotif tumbuhan, bunga atau daun.

Ini karena Islam melarang motif-motif binatang maupun manusia. Setelah itu naik ke cungkup. Ketika Kamu mau masuk ke cungkup utama untuk ziarah Sunan Drajat, Kamu diharuskan menunduk dalam. Soalnya atap cungkupnya rendah sekali. Ini juga penuh filosofi, kalau Kamu bertamu apalagi kepada tokoh yang dihormati, kamu harus menundukkan pandangan, yang sopan maksudnya.

Suasana di sini akan membuat Kamu tenang. Gimana nggak tenang, selama di sini Kamu nggak akan putus-putusnya mendengarkan orang berdzikir dan membaca Kitab Suci Alquran. Ada juga yang berdoa, tentunya berdoa kepada Allah, semoga Sunan Drajat diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah.

Wasiat Sunan Drajat

Di sekitar makam, Kamu juga akan menemui wasiat-wasiat Sunan Drajat, yang paling masyhur adalah empat wasiat ini.

Wenehono teken marang wong kang wutho
Wenehono pangan marang wong kang keluwen
Wenehono payung marang wong kang kaudanan
Wenehono sandang marang wong kang kawudan

Mau tahu artinya? Ayo Ziarah Sunan Drajat. Kamu juga, jangan hanya lihat-lihat saja ya ketika di makam Sunan Drajat. Mari berdoa untuk Sunan Drajat dan anggota walisongo lainnya yang telah berhasil mengislamkan Nusantara tanpa penaklukan.

Karena mereka tahu dakwah yang damai adalah satu-satunya jalan untuk menyebarkan Islam yang sejatinya memang agama untuk perdamaian. Setelah selesai berdoa, yuk keluar dengan sopan dari area pemakaman.

Museum Sunan Drajat Lamongan

Keluar dari area ziarah Sunan Drajat, Kamu akan melewati pasar yang menjajakan jajanan khas Pantura, yang mendominiasi tentu saja makanan laut. Kamu dengan mudah mendapatkan aneka produk yang dibuat dari ikan laut atau lainnya yang berasal dari laut.

Kalau saya yang paling kangen itu ya peyek udangnya yang besar-besar itu. Pasar ini cukup panjang, jadi jangan lupa buat borong, ya.

Sebelum sampai di pasar, pada saat Kamu keluar, Kamu akan melewati museum Sunan Drajat. Masuk saja, gratis kok! Museum ini menyimpan koleksi peninggalan Sunan Drajat. Ada bedug dan kentongan, kemudian set gamelan, tombak, kursi goyang dan lain-lain.

Karena gratis, maka jaga kebersihan ya. Baca baik-baik keterangan benda-benda tersebut, supaya kita bisa dapet inspirasi dan teladan sikap penyebar Islam zaman dahulu.

Dapatkan informasi lainnya melalui Google News

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *