Yuk! Jalan-jalan di Tuban dengan Becak

Becak di Tuban
Becak di Tuban

Becak Tuban adalah becak-becak yang beroperasi di Tuban dengan segala ciri khasnya. Becak Tuban memiliki bentuk yang berbeda dengan becak Jogja misalnya.

Pagi yang dingin dengan angin yang kencang melanda Bumi Wali Tuban. Saya baru saja selesai sarapan dengan keluarga tercinta. Saya pagi ini punya janji dengan putri saya untuk mengajaknya naik becak keliling Tuban. Maklum dia belum pernah naik becak, lagian seram juga kalau naik becak di kota tempat kami tinggal sekarang, ruwet dan macet.

Saya pun menentukan rute, pengennya sih dekat rumah di Tuban sini, cuma kok ramai anak-anak sekolah dan orang-orang berangkat kerja. Yaudah kita ke Alun-alun saja. Kayanya sambil nyari Nasi Punar seru nih. Haha

Di sana kondisinya lebih kondusif jika pagi hari seperti ini. Lagian di sana memang banyak becak yang mangkal. Saya akhirnya ke arah Alun-alun lalu parkir di depan Kantor Pos.

Saya langsung menuju ke tukang becak yang mangkal di sana. Saya pun naik sama putri saya. Langsung deh putri saya mendendangkan lagu kesayangannya yang berjudul Becak.

Dengan cerewet menunjuk kanan dan kiri becak bertanya itu apa ini apa dan kenapa kok begitu wah seru kan bayanginnya.

Pagi itu sedang ada kegiatan di depan kantor pemkab Tuban jadi saya mengambil rute ke arah Swalayan Bravo. Di sini juga banyak sekali becak yang mangkal menunggu penumpang.

Becak memang alat transportasi yang sudah lama di kenal di Tuban. Becak di sini berbeda dengan yang ada di Jogja. Becaknya lebih kecil dan lebih ringkas.

Jadi jangan heran becak-becak di Tuban mampu ngebut. Sejak beberapa tahun lalu becak menjadi angkutan resmi wisata Tuban, tepatnya sejak parkir wisata di daerah Kebonsari di buka. Umumnya becak-becak wisata yang beroperasi di parkir wisata ini melayani rute parkir wisata ke makam Sunan Bonang.

Padahal dari parkir wisata ini kamu bisa mengakses beberapa tempat wisata. Di sebelah selatan ada goa Akbar, di sebelah utara ada makam Sunan Bonang, Museum Kambang Putih, Alun-Alun Tuban dan pantai Boom. Semua tempat wisata tadi bisa kamu akses dengan menaiki becak.

Becak-becak di Tuban juga memiliki keunikan. Apa itu? Apalagi kalau bukan musik. Becak di Tuban khususnya becak wisata yang ada di parkir wisata tadi banyak yang melengkapi becaknya dengan perangkat audio yang akan memanjakan telinga penumpangnya.

Lagunya sih rata-rata ya koplo. Tuban ini Jawa Timur Bro, jadi ya jangan heran kalau konser Nella Kharisma justru lebih rame penonton dibandingkan misalnya Padi Reborn walaupun sama-sama gratis.

Walaupun di tempat lain sebut saja Jakarta, becak di larang, di Tuban becak tetap eksis dan saya rasa makin banyak populasinya. Kamu kalau ke Tuban akan dengan mudah menemuinya. Di kota lain, becak dianggap biang kemacetan karena jalannya yang lambat. Alasan lain beberapa kota melarang becak adalah adanya anggapan penghisapan manusia oleh manusia yang lain.

Namun kini cara pandang becak sudah mulai berubah, tidak berbasis manusia menghisap manusia lainnya tapi tentang lingkungan yang semakin padat oleh gas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.

Soal lingkungan ini, kemarin saya melihat ada sebuah komentar yang mengomentari Presiden RI yang sedang meninjau trotoar di Jakarta, kurang lebih begini “Kok setiap ada foto berlatar Jakarta selalu mendung ya”. Lalu ada yang menyahut “Duh itu bukan mendung itu polusi”.

Kalau di Tuban kamu masih bisa menikmati sejuknya udara walaupun kamu sejatinya sedang berada di Pesisir yang biasanya berudara panas. Kamu juga masih bisa menikmati birunya cinta, eh birunya langit maksudnya.

Benar-benar biru kaya di lukisan itu lho. Tata kota Tuban juga rapih, nggak ruwet, macet sih dikit kalau pas jam berangkat sekolah sama pulang sekolah. Saya belum dapat sih data tertulis tentang kualitas udara di Tuban, namun fakta langit biru itu sudah cukup kok.

Oiya lanjutkan cerita naik becaknya. Saya melewati jalan sebelah Bravo Swalayan. Di sini banyak becak yang mangkal menunggu penumpang. Barisnya rapi satu per satu tidak ada saling menyalip.

Kemudian sampai di Perempatan kali tempe yang sekarang dikenal sebagai perempatan Bravo, saya belok ke kanan. Ingatkan Bapak becaknya untuk hati-hati ya, di sini lalu lintasnya semakin ramai.

Menyusuri jalan Basuki Rahmat, Pusat Bisnis paling sibuk di Tuban. Pohon-pohonan masih setia melingkupi jalan ini. Saya bisa menikmati jalanan yang adem. Padahal ini pesisir lhoh.

Setelah sampai di perempatan pegadaian, ambil ke kanan masuk ke Jalan Pemuda. Sebuah jalan yang memang mayoritas pengunjungnya adalah anak muda. Lurus terus sampai perempatan sumur serumbung yang legendaris itu. Lalu belok ke kanan ke Kantor Pos lagi. Lalu selesai.

Untuk Pak becaknya, terimakasih sudah menjaga udara di Tuban, lalu sudah memberi kesan pada putri saya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *