Nasi Punar Tuban, Rasanya Paling Enak, Harus Kamu Coba!

Nasi Punar Khas Tuban

Nasi Punar disebut juga Nasi Kuning adalah nasi yang berwarna kuning khas Tuban dengan tekstur seperti Nasi Uduk namun memiliki rasa dan aroma yang khas. Pertanyaan selanjutnya adalah makanan ini khas mana? Saya rasa setiap daerah memiliki Nasi Punar yang khas.

Makanan ini memiliki pengertian, filosofi, rasa, cara memasak dan lain-lainnya yang sesuai dengan budaya Tuban. Sebuah daerah pesisir yang juga memiliki tradisi agraris yang kental, akhirnya melahirkan bermacam kuliner khas yang sangat menggoda untuk dicoba.

Pengertian Nasi Punar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Nasi adalah beras yang sudah dimasak (dengan cara ditanak atau dikukus). Sedangkan punar sendiri berarti kuning. Jadi Nasi Punar adalah beras yang sudah dimasak dan berwarna kuning.

Lalu bedanya dengan nasi kuning misalnya di Jakarta apa? Jawabannya adalah banyak. Di Tuban Nasi ini adalah jenis lain nasi uduk. Cara masaknya mirip nasi uduk namun diberi warna kuning dari Kunyit. Jadi Nasi ini di Tuban beraroma Kunyit yang kuat.

Sebenarnya nasi uduk pun antara Tuban dan Jakarta juga ada bedanya. Nasi Uduk di Tuban lebih berminyak dan lebih pera dibandingkan Jakarta.

Nah lalu mana yang paling enak ya yang paling enak di Tuban, lah! Hehe

Cara Masak Nasi Punar

Saya kurang tahu detailnya, namun bahannya yang pasti beras, lalu santan, garam dan kunyit sebagai aroma serta warna kuning. Semua bahan dimasak sesuai dengan tradisi yang ada di Tuban sehingga menghasilkan Nasi Punar yang bertekstur pera dan sedikit berminyak. Rasanya gurih ditambah rasa kunyit dn aroma kunyit yang alami.

Nasi Punar lebih nikmat dimasak menggunakan api dari tungku tanah dengan kayu bakar dan menggunakan kukusan. Kukusan ini berbentuk kerucut dan terbuat dari anyaman bambu. Mungkin aroma bambu ini yang bikin nikmat.

Oiya kalau kamu mau tahu orang Tuban masak menggunakan tungku dan kukusan bisa klik tulisan saya yang berjudul Mendarat Tradisi Asli Orang Tuban yang Tetap Lestari.

Pokoknya paling enak ya kalau yang masak orang Tuban asli dengan cara dan peralatan tradisional yang biasa digunakan oleh orang Tuban.

Tempat membeli

Tempat membeli makanan ini sebenarnya banyak. Kamu bisa ke pelosok-pelosok desa di Kabupaten. Saya sih menyarakan ke pelosok desa supaya mendapatkan makanan dengan rasa yang otentik masakan orang Tuban.

Waktunya adalah di pagi hari sesaat setelah Shubuh. Di Tuban sesaat setelah shubuh sudah ramai aktivitas orang mencari sarapan. Makanan ini sering digunakan untuk makanan sarapan. Jangan sampai kamu kehabisan karena telat bangun atau males gerak.

Yuk!

Kegunaan Lainnya

Nasi Punar atau nasi kuning selain digunakan untuk sarapan. Di Tuban, nasi kuning juga sering digunakan untuk ritual selametan. Ritual selametan adalah ritual mengumpulkan orang biasanya tetangga terdekat untuk kemudian berdoa bersama dipimpin oleh seorang Kiai atau sesepuh setempat.

Menu nasi kuning biasanya disajikan dalam bentuk takir. Takir adalah sebuah wadah nasi yang berbentuk kubus dan dibuat dari daun pisang. Takir digunakan untuk wadah makanan yang akan dihantarkan ke tetangga atau wadah makanan yang akan dibawa pulang ketika selametan telah selesai.

Filosofi Nasi Punar

Setiap hal di Jawa memang memiliki ajaran atau dalam bahasa lainnya disebut filosofi. Kenapa begitu? Karena orang jawa adalah orang-orang yang dulunya sering menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi baik dengan sesama manusia maupun dengan sang pencipta.

Di Jawa kamu akan dengan mudah menemukan simbol-simbol tersebut, seperti misalnya menaruk padi dan kelapa di sudut tiang atas rumah, hal tersebut simbol harapan untuk kesejahteraan bagi penghuni rumah.

Begitu pula dengan Nasi Punar. Nasi ini memiliki simbol syukur. Makanya Nasi ini selalu hadir di setiap acara syukuran atau selametan yang digelar oleh orang Tuban.

Lalu kalau punya kegemaran makan nasi ini saat sarapan berarti selalu menjadi orang yang bersyukur? Ya iyalah, kalau nasinya juga dikirim ke saya untuk sarapan. Haha.

Nah demikian tulisan mengenai nasi punar ini. Sebagai generasi muda kita harus dan wajib melestarikan kuliner setempat di daerah masing-masing, lalu sebutlah makanan tersebut dengan nama lokal supaya nggak punah. Kalau nasi tersebut namanya punar ya sebut saja punar jangan sebut nasi kuning. Setuju?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *