
Sumber : http://salam-patuk.desa.id
Gelap malam sudah mulai menyapa, terdengar sahut-sahutan suara adzan di desa yang baru saja diguyur hujan tipis yang malah menimbulkan hawa gerah. Para jamaah sudah berbondong meninggalkan langgar saat Pak Kiai masih dengan khusyuk memimpin doa bersama ditemani suara berisik kipas angin tua diatas pengimaman.
Entah fenomena apa ini, dulu tidak ada yang berani meninggalkan langgar sebelum Pak Kiai membalikkan badan pertanda doa telah usai. Mungkin bagi para generasi muda terdidik di desa ini, doa setelah Sholat itu tidak penting-penting amat dan bahkan ada yang beranggapan tidak sesuai dengan Sunnah. Tentu sebatas Sunnah yang mereka pahami.
Selesai bersalaman dengan para Jamaah, Kang Di dan Kang Pri seperti biasa duduk-duduk di selasar langgar menunggu waktu Sembahyang Isyak. Bagi mereka makan malam dengan keluarga seperti orang kota itu ndak penting. Berbeda dengan jamaah yang tadi meninggalkan doa Pak Kiai.
“Gimana Kang njago mana sampeyan di pertandingan malam ini?” Tanya Kang Di membuka obrolan di teras langgar.
“Saya ndukung yang menang saja, Kang.” Jawab Kang Pri, yang memang kurang hobby bola Voli.
“Ah, sampeyan itu lho. Masak daridulu ndak suka Voli ndak sembuh-sembuh.” Kata Kang Di meledek.
Kang Pri memasukkan tangannya ke saku seperti mencari sesuatu. Dengan sigap sebatang kretek sudah ditangannya dan sudah siap dinyalakan dengan korek api yang sumbunya dari kapuk.
“Kang koreknya sampeyan kok masih ada, kaya gini masih ada yang jual ndak, Kang? Terus kalau batunya habis beli dimana? Emang masih ada yang jual?” Kang Di memberondong pertanyaan ke Kang Pri.
“Hahaha… Sebenarnya ini sudah mau tak buang, Ha piye bukan batunya yang susah nyarinya tapi bensinnya. Ha mosok korek doang tak isi pertamax, Kang.” Jawab Kang Pri dengan tertawa.
Giliran Kang Di sekarang yang merogoh-rogoh sakunya dan mengambil Handphone Cina yang dia miliki. Buka facebook dan lalu terlihat senyum-senyum sendiri.
“Kenapa, Kang, kok senyum-senyum sendiri?” Tanya Kang Di penasaran.
“Ini Kang supporter-supporter ini lucu, ada yang bikin meme, ada yang bikin slogan-slogan. Pasti seru ini nanti.” Jawab Kang Di antusias.
“Nanti berangkat naik kol tepak, Kang? Atau naik apa?” Tanya Kang Pri.
“Hadoh, Kang. Siapa jaman sekarang yang punya Kol Tepak. Nanti mau diantar sama Mas siapa itu pakai Elf. Katanya Elfnya dari Siwalan Trans toh opo gitu namanya.” Jawab Kang Di menjelaskan.
Cuaca semakin gerah, Kang Pri mencopot kaos yang bermerk keramik dan Kang Di nggak mau ketinggalan dengan hanya menyisakan sarung saja sebagai bawahannya. Di sela obrolan, kadang mereka seperti kaget sambil mengibaskan sarungnya karena ada bara rokok yang rontok. Kalau kena sarung bisa bolong.
“Kang sampeyan gitu gimana dapetin tiketnya?” Tanya Kang Pri.
“Sudah ada yang koordinir, Kang. Kita tinggal titip saja sama koordinatornya.” Jawab Kang Di.
“Nah, ngomong-ngomong soal tiket nih, Kang. Saya punya masalah. Anak saya yang paling besar itu kok minta belikan tiket konsernya band opo gitu. Katanya belinya online gitu, emang bisa ya, Kang?” Tanya Kang Pri.
“O bisa, aku pernah dikasih tahu sama anakku, katanya bisa lewat Tokopedia.” Jawab Kang Di.
“Tokopedia itu dimana, Kang? Jauh ndak tempatnya?” Tanya Kang Pri.
“Hapiye tho, Kang. Tokopedia itu toko online bisa dibuka lewat handphone, ndak perlu dateng ke tokonya langsung.” Jawab Kang Di.
“Terus gimana caranya?” Tanya Kang Pri sambil mendekat ke HP Kang Di.
“Begini caranya. Kalau anak sampeyan mau Cari Tiket Konser Online bisa klik link https://www.tokopedia.com/events/ terus ikuti petunjuknya. Ndak hanya konser, ada juga olahraga seperti Voli, Sepak Bola, Basket dan lain-lain. ” Jawab Kang Di sambil menunjukkan layar HP-nya ke Kang Pri.
“Terus kan anak saya sekalian mau naik kereta soalnya kan jauh tempat konsernya. Apa bisa beli tiket kereta di Tokopedia kaya tiket konser tadi?” Tanya Kang Pri.
“Yo pasti bisa, kalau tadi klik alamat ini, kalau mau Tiket kereta api promo termurah tinggal klik link https://tiket.tokopedia.com/kereta-api/ dan seperti sebelumnya ikuti petunjuk selanjutnya.” Jelas Kang Di.
Kang Pri manggut-manggut pertanda penjelasan Kang Di sudah sangat jelas. Lalu sambil membenahi silanya Kang Pri mulai menyalakan kretek keduanya setelah yang sebelumnya habis.
“Di Kabupaten ini memang gudangnya Voli, Kang. Dari kita kecil dulu, pertandingan bola Voli selalu lebih banyak menyedot penonton dibandingkan olahraga lainnya. Lihat saja itu setiap pertandingan tiketnya ludes diborong.” Kata Kang Di panjang lebar menjelaskan kondisi Bola Voli di Kabupaten tempat mereka tinggal.
“Iya, Kang. Saya lihat hampir setiap tahun menjamur kompetisi-kompetisi Voli digelar. Mulai dari Ormas, Karang Taruna, bahkan Pemerintah dari berbagai tingkatan juga sering menggelar kompetisi bola Voli.” Kata Kang Pri menyetujui pendapat Kang Di.
Sesudah itu mereka berdua terdiam sambil menatap kosong ke langit-langit langgar. Sampai akhirnya Kang Lihin adzan. Mereka berdua dengan sigap bangun dari duduknya dan ke belakang Langgar mengambil Wudlu. Semoga nanti pertandingan Voli damai dan akan memajukan olahraga di Indonesia.
duh jadi inget korek api yang pakai batu itu terus nyalainnya susah, terus kudu pakai kapas yang disiram bensin dikit dan memang sering kali ga bisa nyalainnya..yang bisa ya orang tua-orang tua zaman dulu
Hehehe… Masih inget ya, sama korek seperti itu.
wah asyik ay kalau bisa banyak event voli biar voli juga bs spt bulutangkis yg banyak digemari banyak orang
Yap di Tuban sering ada turnamen Voli, klubnya jg banyak.