Judul Berita Kok Saling Tampar dan Bungkam

Dengarkan
Sumber : http://kingstheology.org

Berita sekarang menjelma menjadi kebutuhan pokok hampir setiap manusia yang bernafas. Jika dulu sandang, pangan dan papan saja yang berada pada level kebutuhan pokok, sekarang ditambah satu lagi, Berita. Tentu ini menyenangkan karena artinya program pemerintah untuk memberantas buta huruf hampir dipastikan berhasil tanpa cela sedikitpun.

Berita diproduksi dengan pertimbangan-pertimbangan yang sangat rumit. Sebagai industri, tentu yang paling menonjol adalah pertimbangan ekonomi, walaupun ada produsen berita yang tidak mengharapkan perkembangan ekonomi, toh untuk menghidupi sebuah kantor berita juga tetap butuh putaran ekonomi. Motivasi ekonomi inilah yang banyak ditemui pada industri berita Republik Indonesia dewasa ini.

Jika bicara motivasi ekonomi, tentu dalam benak kita, para pemain besar atau balung gede yang akan memenangkannya. Ya memang iya. Kemudian bagaimana dengan para pemain baru atau pemain media kecil lainnya? Mereka mau tidak mau ya harus mengikat pinggangnya dengan agak kencang karena memburu berita itu juga butuh dana operasional yang tidak sedikit, itu baru berburu belum pada saat memasuki proses editing. Ah mahal betul itu.

Untuk mengakali biaya kemudian muncul pertanyaan sebagai berikut, gimana caranya ndak usah terjun langsung ke tempat kejadian? Kemudian bagaimana mengemas berita yang didapatkan tanpa ke tempat kejadian itu supaya menarik tapi ndak perlu keluarkan biaya untuk gaji editor? Bagaimana membranding medianya supaya dapat menarik pembaca? Dan lain-lain.

Alih-alih merintis usahanya dengan baik beberapa media malah secara ngawur sengawur-ngawurnya alias ngawur sejati. Untuk mendapatkan berita tanpa datang ke tempat kejadian, mereka copy paste dari media arus utama. Selanjutnya untuk membuat berita bombastis tanpa susah-susah pakai jasa editor ya berita yang sebenarnya biasa saja dibumbui dengan opini pribadi.

Paling penting mereka membuat judul bombastis. Ini berguna untuk menarik orang-orang haus informasi dan penggemar teori konspirasi untuk mengkliknya. Makanya wajar banyak media yang judulnya “Tulisan Ustadz A menampar Ustadz B” atau “Tulisan ini membungkam ustadz B”. Ini apa-apaan kok saling tampar dan bungkam? Judul berita apa tawuran? Sayangnya judul berita gini banyak yang tertarik ngeklik. Tugas para pegiat literasi dan pendidik jadi berat betul untuk mengikis minat terhadap judul saling tampar dan bungkam seperti ini.

Kemudian untuk mendapatkan image yang keren, media-media nggak jelas ini namain domainnya dengan istilah-istilah agama. Anehnya trik ini berhasil, lihatlah berapa banyak media yang membranding diri dengan istilah agama dan meraup klik yang luar biasa. Mereka memang Pabu betul, Bung.

Dan yang paling menyedihkannya, judul tampar menampar ini laris manis dishare oleh beberapa orang yang gelar akademis dan karirnya juga joss. Mereka ini kok jadi tekuk lutut ndak kritis blas ya ketika baca berita tampar-tamparan ini. Kok ndak kaya saat mereka nyusun karya tulis yang begitu banyak membaca sumber-sumber primer untuk meyakinkan penguji. Ntahlah.

Cari duit sampai segitunya, Bro!

Saya kok merasa Indonesia ini darurat Informasi. Dulu saya adalah salah satu orang yang dengan semangat mengenalkan teknologi internet ke kawan-kawan desa saya. Tapi setelah lihat kenyataan sekarang kok saya ada sedikit penyesalan, sedikit banget sih. Pokoknya betul-betul sedikit.

Terakhir yuk mari kritis sama informasi yang kita terima. Masak ndak bosen tiap saat disuguhin berita ndak mutu yang malah bikin panas hati dan kepala itu. Kalau ndak bosen juga, ah ndak seru betul hidup kita.

Kalau mau informasi yang benar ya klik saja berita dari media yang terdaftar di Dewan Pers, atau bacalah blog yang selama mengudara reputasinya baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *