Jalan Lingkar Selatan Tuban, Keindahannya No Debat!

Jalan Lingkar Selatan Tuban atau disingkat JLS Tuban adalah jalur baru yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Tuban. Jalur ini diharapkan akan mampu mengurai kepadatan lalu lintas di dalam kota Tuban, serta dapat memeratakan pertumbuhan ekonomi di Kota Tuban.

Selain sebagai pemerata ekonomi dan pengurai kemacetan, ternyata Jalan Lingkar Selatan Tuban ini juga menyimpan keindahan alam yang luar biasa. Di satu akhir pekan saya mencoba menyusuri jalur ini dengan sepeda. Saya ceritakan rute sepedaan saya selengkapnya di bawah ini ya.

Ruas Jalan lingkar selatan ini memiliki nama Jalan K.H. Hasyim Asyari dan K.H. Wahab Chasbullah.

Saya mulai rute saya melewati Jalan Letda Sucipto, yang terkenal dengan ikon Patung itu. Saya menyusuri jalan ini pukul 05.00 WIB. Di jam segini, di Tuban sudah terang. Berbeda dengan di Jakarta, pukul 05.00 WIB masih gelap gulita.

Udaranya segar, apalagi saat saya sepedaan, semalaman kota Tuban diguyur hujan. Saya sangat menikmati udara Tuban yang segar ini. Terus saya sampai di SMP Negeri 4 Tuban di Bogorejo.

Setelah itu belok kiri, saya disuguhi pemandangan yang luar biasa. Jalan lingkar selatan yang sepi, diselimuti kabut tebal. Ini kabut dari uap air lho ya, bukan kabut akibat dari polusi udara. Hawong di Tuban polusinya masih rendah kok. Lalu ada bukit-bukit batuan kapur yang membentang panjang dan gagah, seolah membentengi Kabupaten Tuban.

Saat saya sedang sepedaan, kebetulan sedang musim hujan. Jadilah pemandangan hijau memanjakan mata ini tersaji luar biasa indah, No Debat!

Di kanan-kiri ada sawah yang subur. Bau tanaman padi yang khas menemani saya. Suara-suara binatang sawah juga menambah suasana damai nan menenangkan.

Saya terus ke selatan, jalanan makin menanjak. Jangan lupa oper gigi sepeda ke level rendah, supaya kamu bisa menanjak dengan senang dan tenang. Pemandangan juga berubah.

Setelah tadi puas dengan pemandangan persawahan, sekarang saya disuguhi pemandangan ladang jagung dan di pematang ladangnya banyak ditanami pohon Bogor atau Lontar atau Siwalan. Pohon ini adalah ciri khas Tuban. Legen, minuman khas Tuban itu berbahan dasar sadapan bunga pohon lontar.

Saya kok jadi ingin bernyanyi.

Naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali.

Kiri-kanan kulihat saja, banyak pohon siwalan.

Hehehe gimana pas enggak?

Kabutnya masih setia menemani saya. Oiya di kanan-kiri jalan ini banyak warung sederhana yang menjajakan makanan khas Tuban seperti nasi pecel daun jati, becek mentok atau mungkin pelas Tuban. Mampir, ya. Uwenak wes.

Rute sepedaan saya berakhir di Desa Penambangan Kecamatan Semanding. Di lain hari nanti saya coba sampai ke akhir dari Jalan Lingkar Selatan Tuban ini.

Sekilas tentang Jalan Lingkar Selatan

Jalan Lingkar Luar ini sudah direncanakan jauh-jauh hari. Berbagai kabar mengiringi pembangunan Jalan ini, dari mulai masalah pembebasan tanah, rute yang akan ditempuh dan lain-lain.

Jalan Lingkar ini memiliki panjang 19 KM dan melintasi beberapa wilayah di Tuban di sisi selatan Kabupaten Tuban, diantaranya Desa Tunah, Desa Kowang, Desa Penambangan, Desa Tegalagung, Desa Sugiharjo, Desa Kembangbilo, Mondokan dan berakhir di Desa Bogorejo dekat SMP Negeri 4 Tuban.

Jalan lingkar ini dibangun untuk mengurangi beban jalan pantura yang sebelumnya mengalami perkembangan pesat khususnya untuk kendaraan angkutan barang.

Tips Sepedaan di Jalur ini

Jalur ini sebenarnya tidak ekstrem-ektrem amat. Tapi kamu tetap harus mempersiapkan diri. Pertama kamu mesti pastikan perangkat pengaman seperti Rem di sepeda berfungsi. Persiapkan fisik dengan pemanasan terlebih dahulu.

Selanjutnya bawa perbekalan khususnya air putih. Rute menanjak seperti ini akan menguras cairan tubuh kamu. Waktu sepedaan sebaiknya pagi hari atau sore hari menjelang malam. Saat-saat inilah pemandangan Jalur Lingkar Selatan indah banget.

Terakhir jangan memaksakan diri, ini bukan kompetisi, jika tidak kuat silakan beristirahat atau sepedanya dituntun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *