Akhir Pekan di Museum Nasional

Patung Adityawarman di Museum Nasional
Patung Adityawarman di Museum Nasional

Siapa yang suka ke Museum? Mungkin kebanyakan males kali, ya? Saya sebenarnya juga gimana gitu kalau mau ke Museum. Cuma karena akhir-akhir ini saya suka sejarah, ya jadilah saya harus suka ke Museum untuk mengonfirmasi informasi sejarah yang selama ini saya baca di buku-buku. Saya sudah lama penasaran dengan Museum Nasional atau yang sering disebut Museum Gajah. Saya pengen tahu di dalem itu isinya apa sih? Apakah masa lalu? Tsaaaahhh… Masa lalu.

Hari Minggu (27/11/2016) yang agak mendung diawali dengan video call dengan Mbah Kungnya anak saya. Kemudian mandi dan siap-siap buat ke Museum Gajah. “Nanti lewat mana, Yah?” tanya istri. Kemudian saya teringat bahwa jalan depan Museum Gajah itu tidak bisa dilewati motor. “Nanti parkir di Monas saja, setelah itu jalan kaki ke Museum Gajahnya” Jawab saya.

Kemudian kami bertiga pun berangkat menyusuri jalanan Jakarta yang hari itu lengang. Maklum hari Minggu. Kalau hari kerja jangan tanya macetnya kaya apa. Sampai di Monas, kami parkir motor. Setelah itu jalan kaki menyusuri trotoar Monas yang lebar dan adem itu. Sampai di depan Museum, kami menyebrang jalan. Hati-hati di sini jalanan ramai. Gunakan lampu lalu lintas untuk menyebrang.

Ketika sampai di Gerbang Museum Gajah, kami disambut oleh replika Pesawat N250 yang kokpitnya bisa dimasuki. Kamu bisa dengan leluasa foto-foto di dalamnya. Di sisi sebelah kanan replika N250, ada patung abstrak yang menunjukkan lorong waktu. Seolah mau menyampaikan pesan bahwa Museum ini bagaikan lorong waktu. Kemudian patung Gajahnya sendiri berada tepat di depan pintu masuk Gedung Museum.

Masuk ke Gedung Museum, kami melewati pemeriksaan menggunakan metal detector. Setelah itu kami diarahkan oleh petugas keamanan ke loket tiket. Tiket masuk untuk dewasa adalah Rp 5.000,-. Murah sih untuk memasuki Museum segede ini. “Yah kita yang kemana?” tanya istri saya. “Kita lurus aja, yuk” Jawab saya sambil mulai menggendong si Kecil yang dari tadi udah lari-larian ke sana ke mari.

Lanjut jalan menuju ke sektor Taman Arkeologi. Di taman ini kami disuguhi koleksi arkeologi. Kebanyakan berisi koleksi arca-arca kuno yang ditemukan dari seluruh Indonesia. Ada Arca dewa-dewa Hindu dan Budda. Kemudian ada juga barang-barang kuno seperti gentong, lingga dan yoni untuk alat persembahyangan zaman dahulu kala. Di setiap koleksi terdapat tempelan yang berisi keterangan nama arca, tempat asal dan kegunaannya. “Yuk kita masuk ke kanan itu”. Kata saya.

Ketika masuk ke ruangan, istri saya berhenti di depan pintu karena ada kursi di situ. “Capek, yah. Ayah lanjut aja sendiri”. Kata istri saya sambil menyelonjorkan kaki. Ya udah akhirnya saya keliling-keliling sendiri. Di ruangan ini isinya adalah kebudayaan-kebudayaan dari seluruh Indonesia. Misalnya di Jawa ada wayang kulit, ada tempat tidur yang dipercaya sebagai persemayaman dewi Sri. Saya sebagai orang Jawa, baru tahu kalau di Jawa ada kepercayaan kepada Dewi Sri, bahkan memberikan ruangan khusus untuk persembahyangan.

Saya bergeser lagi. Di sini ada budaya dari Bali. Misalnya tentang Barong dan pakaian-pakaian kemudian ada juga upacara-upacara adatnya. Selain Bali ada juga kebudayaan Kalimantan, Nusa Tenggara dan masih banyak lagi yang lainnya. Lho? Kok kaya lagunya Rhoma Irama. Setelah selesai di Ruang ini, saya lanjut ke gedung sebelahnya melewati lorong kaca yang terang itu. Istri saya sepertinya sudah segar kembali.

Di Gedung ini terdapat empat lantai sepertinya. Saya hanya ke Lantai 1 tempatnya perkembangan kehidupan manusia. Dari mulai manusia purba sampai dengan manusia modern. Kemudian naik ke Lantai 2. Di lantai ini terdapat perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Koleksinya ada jam kapal, yang menurut keterngannya berbeda dengan jam yang ada di rumah, tapi kok sepengelihatan saya sama saja. Hehehe. Maklum ndak paham kelautan.

Ada juga koleksi bentuk-bentuk rumah, bentuk-bentuk rumah ibadah. Seperti Masjid yang beratap undak dan diatasnya terdapat Mustaka. Ternyata inilah Masjid asli Indonesia. Tapi sayang sekarang banyak yang meninggalkan arsitektur Masjid ala Indonesia, banyak yang niru-niru luar negeri. Ndak apa-apa sih sebenernya. Ada juga koleksi prasasti yang besar sampai yang kecil, yang terbaca jelas sampai yang tidak terbaca.

Baik, karena waktu sudah siang. Nggak terasa saya sudah keliling-keliling museum sebesar ini. “Yah ngapain sih ke Museum?” Tanya istri saya tiba-tiba ketika kami mulai menuruni tangga berjalan itu. “Untuk tahu darimana kita berasal, bagaimana leluhur kita bersikap dalam berbagai situasi dan bagaimana leluhur kita menyelesaikan masalah.” Jawab saya panjang lebar, berusaha menjelaskan kenapa saya ke Museum. Nampaknya jawaban saya sudah memuaskan istri saya.

Sebelum pulang, saya penasaran dengan patung Adityawarman, seorang tokoh Bhairawa Tantra yang sering diceritakan oleh Sejarawan Agus Sunyoto. Patung tersebut ternyata ada di Taman Arkelogi. Patung yang cukup tinggi dengan pose berdiri diatas tengkorak-tengkorak manusia.

Setelah itu kita keluar Museum, sebenernya masih banyak yang harus di eksplorasi di Museum ini. Cuma badan udah capek banget. Kapan-kapan ke sini lagi. Saking capeknya, kami menggunakan taksi online untuk menuju ke parkiran monas. Usul untuk pengelola Museum, mungkin disediakan jalur khusus sepeda motor, supaya parkirnya lebih dekat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

22 Komentar

  1. Yuk ke Muzium Warisan Melayu UPM pertama di Malaysia
    Lokasi edu-Pelancongan menarik di EduPARK UPM, Serdang Selangor, Malaysia.

    “Terdapat satu-satunya manuskrip yang tersimpan di muzium ini membicarakan tentang keris khususnya keris Taming Sari. Selain daripada pameran dalaman, muzium ini juga mempunyai outdoor museum iaitu tiga buah rumah tradisional Melayu berusia lebih seratus tahun dari Negeri Sembilan, Perak dan Terengganu.

  2. Aku sukaaaaaaaa banget ke museum. Museum Nasional ini di 2016 kmaren 2x aku kunjungi.
    Coba nanti berkunjung sekitar Februari di akhir pekan, biasanya ada pertunjukan teater yang bikin ke museum makin keren.
    Aku kirain Kang Rudi akhir tahun kemarin ke museum ini. Hari terakhir gedung tengah di buka, karena selama 2017 bakal ditutup buat renovasi.

  3. Saya ok ok aja ke museum, kadangkala perlu lah belajar sejarah. biar ga kupdet

    cuma kalo di jember gini ngga ada museum2 yg sekeceh di jakarta. Terakhir ke museum, kayaknya ke museum tugu pahlawan di surabaya. asik juga

  4. Saya suka dengan kemasan museum di beberapa kota besar di Indonesia. sekarang jauh lebih nyaman dengan fasilitas yang jauh lebih bagus. walaupun belum sempurna tapi sudah oke. saya demen ke museum kalau kemana mana. Ayo ke Museum!

  5. Wah seru bisa main ke Museum Nasional. Pengen banget deh ngajak bocah-bocah ke sini. Mereka pasti suka. Nonton Night at Museum aja mereka suka. Apalagi liat Museum secara langsung…

  6. Berkunjung ke museum akan memperkaya pengetahuan, terutama pengetahuan sejarah. Tapi berkunjung ke museum, sepertinya gak boleh terlalu sering, ntar bosan. Mungkin 1-3x setahun saja. Lebih baik datang berteman atau rombongan, jadi bisa tukar pikiran.

  7. saya belum pernah ngajakin anak lanang ke museum, musti di agendakan nih supaya bisa belajar sambil rekreasi…