Zaman Dahulu, Ini yang Dilakukan Orang Desa Kapu Ketika Gerhana Bulan

Ilustrasi Gerhana Bulan
Ilustrasi Gerhana Bulan

Akhir bulan Januari 2018 diwarnai dengan fenomena alam Gerhana Bulan. Gerhana bulan kali ini spesial karena merupakan gabungan tiga fenomena sekaligus yang memiliki nama resmi Super Blue Blood Moon. Gimana penjelasannya? Nanti saja. Sekarang yuk kita bahas tentang budaya orang desa Kapu ketika gerhana bulan menghampiri desa yang terletak di Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban, Jawa Timur ini. Walaupun budaya ini sudah jarang dilakukan tetapi tidak ada salahnya kita ketahui untuk menambah pengetahuan.

Pada zaman dahulu berbeda dengan sekarang, khususnya soal penyebaran informasi. Jadi waktu gerhana tidak dapat diperkirakan. Biasanya masyarakat desa Kapu mengetahui secara tiba-tiba atau on the spot. Ada tanda-tanda alam sebenarnya untuk mengetahui gerhana bulan. Di Kapu banyak keluarga yang memiliki binatang ternak, biasanya berupa sapi, ayam kampung dan kambing. Binatang ternak ini akan memiliki kebiasaan yang berbeda pada malam gerhana bulan. Seperti ayam yang tiba-tiba berkokok.

Nah ketika masyarakat mengetahui gerhana bulan sedang berlangsung, mereka dengan sigap mengambil sapu lidi gerang. Sapu lidi gerang itu adalah jenis sapu lidi yang sudah lama digunakan dan meninggalkan lidi-lidi yang pendek. Sapu lidi gerang ini digunakan untuk memukul-mukul benda apa saja sambil berdoa kepada Allah supaya dijauhkan dari marabahaya. Sapi, ayam, kambing bahkan pohon mangga menjadi sasaran pukulan sapu lidi gerang ini.

Enggak cuma benda-benda itu saja sih, saya pun kena sasaran sapu lidi gerang ini. Kalau mukul kentongan sih nggak ada. Ada yang mukul lesung tapi sedikit karena jaman saya kecil sudah jarang yang memiliki lesung. Masyarakat desa Kapu seperti orang Jawa lainnya, percaya bahwa Gerhana bulan ini membawa semacam balak. Maka tidak heran mereka memukul-mukulkan sapu lidi gerang sambil memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Budaya ini sebenarnya bisa dilacak sejak era Hinda Belanda dulu. Akun twitter @potretlawas misalnya menurunkan tangkapan layar sebuah surat kabar yang terbit pada tahun 1939 di Hindia Belanda. Di surat kabar tersebut tertulis bahwa gerhana bulan disambut dengan antusias oleh masyarakat Hindia-Belanda saat itu. Tetua kampung bertitah bahwa akan ada banjir darah dan gagal panen di masa mendatang. Untuk mengusir bahaya tersebut maka ditabuhlah bebunyian seperti kaleng dan kendang. Menariknya pada saat itu gerhana bulan disebut Grahanan, sama seperti orang desa Kapu menyebutnya.

Padahal secara ilmu pengetahuan modern, gerhana bulan adalah peristiwa antariksa biasa yang memang menjadi siklus tata surya. Gerhana bulan secara umum dapat dijelaskan bahwa Bulan, Bumi dan Matahari berada dalam satu garis lurus sehingga bulan tidak mendapatkan sinar matahari. Pertanyaan saya sih, apa kabar datarians? Apakah dengan konsep bumi datar bisa menjelaskan tentang fenomena gerhana bulan.

Kemudian apa sih yang membuat istimewa dari pada tanggal 31 Januari 2018 kemarin? Menurut berbagai sumber yang di internet, gerhana bulan kemarin adalah gerhana bulan dengan gabungan tiga fenomena langka. Pertama Supermoon, yaitu fenomena bulan yang terlihat lebih besar karena sedang berada di jarak terdekat dengan bumi. Kedua blue moon, yaitu fenomenda purnama dua kali dalam sebulan, yaitu pada tanggal 1 Januari 2018 dan 31 Januari 2018. Terakhir Blood Moon, yaitu gerhana yang menampakkan bulan berwarna kemerahan.

Nah dengan mengetahui tentang bagaimana gerhana bulan dan bagaimana leluhur kita dahulu menyikapi fenomena alam ini, mari kita sejenak merenung bahwa ilmu pengetahuan semakin berkembang dan jangan sampai malah membuat kita sombong. Sebaliknya kita harus semakin bersyukur dan berpasrah diri kepada Allah. Bagaimanapun seluruh alam semesta ini adalah ciptaan Allah dan menyimpan potensi yang membahayakan jika tidak disikapi dengan baik.

Oiya terakhir untuk informasi saja, sepertinya di Kapu Sapu lidi gerang sudah pensiun tidak lagi memukuli binatang ternah, pohon atau kita semua. Tetapi harapan-harapan tentang perlindungan Allah kepada kita tetap harus ada di dada. Tsaaah… Lha kalau kamu kangen pengen dipukul-pukul sama Sapu Lidi ya beli sendiri di pasar terus dipotong supaya gerang kemudian pukul-pukulin deh.

Tulisan ini menarik? Dukung kami untuk selalu memberikan konten yang menarik dengan terus membaca tulisan di Blog ini dan klik Daftar isi untuk membaca tulisan menarik lainnya.

Tinggalkan Balasan ke Amanda ratih Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

10 Komentar

  1. Hampir sama ketika gerhana dianggap ada balak. Hemmm seiring perkembangan jaman mulai berkurang kayaknya why