Mau Tempat Keren di Daerahmu Jadi Tujuan Wisata? Yuk Belajar dari Gunung Kidul

Gua Pindul
Gua Pindul

Pariwisata adalah sektor paling menyedot perhatian dalam kurun lima tahun terakhir. Ini tidak lepas dari meningkatnya tren travelling diantara generasi milenial. Saya kemarin berkesempatan ke Gua Pindul di Gunung Kidul. Saya di sana sangat beruntung, karena selain menikmati alamnya yang luar biasa juga dipertemukan dengan Mas Fajar, salah satu jasa travel di sana.

Saya dijemput Mas Fajar di Bandara Internasional Adi Sumarmo, Ha iki piye mau ke Jogja kok malah landing di Solo. Nyari tiket murah, Mas. Di Bus Mas Fajar cerita tentang wisata di Jogja dan Gunung Kidul khususnya. Tidak heran, soalnya menurut pengakuan pemuda beristri satu dan beranak dua ini adalah asli Gunung Kidul.

Mas Fajar cerita tentang perkembangan pariwisata Gunung Kidul yang sedang naik pesat. Bisa dilihat dari angka kunjungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu juga berkembangnya jumlah destinasi wisata yang berada di sana. Kemudian Saya penasaran kenapa Gunung Kidul bisa berkembang sedemikian cepat dengan kondisi alam yang nggak jauh-jauh amat bedanya dengan tempat asal saya di Tuban sana.

Sepertinya Mas Fajar sudah tahu rasa penasaran saya, soalnya sebelum saya tanya dia udah cerita. Pertama soal kebosanan traveller ke tempat wisata buatan, misalnya kolam renang, dunia fantasi, mall dan lain-lain. Ini turut membantu Gunung Kidul yang memiliki alam yang unik mendapatkan perhatian sebagai alternatif liburan.

Kedua adanya kesadaran Pemerintah. Kesadaran di sini maksudnya adalah semua sektor pariwisata tidak serta merta dikelola seluruhnya oleh Pemerintah. Pemerintah tidak menjadi pengelola langsung tempat wisata, Pemerintah hanya memungut retrebusi. Kemudian pengelolanya diserahkan 100% kepada warga desa, sehingga warga desa semangat memoles desanya menjadi daerah wisata.

Di Gunung Kidul ada yang namanya Pokdarwis. Apa itu Pokdarwis? Menurut Mas Fajar ya semacam wadah warga desa yang menjadi pengelola wisata di desanya. Mereka-mereka ini yang secara aktif mempromosikan dan mengelola tempat wisata di Gunung Kidul, dan secara tidak langsung inilah ekonomi gotong royong dari rakyat untuk rakyat. Anugerah alam disyukuri dengan cara dikelola sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat setempat.

Faktor ketiga adalah adanya dana desa. Mas Fajar mengungkapkan Dana Desa sangat membantu membiayai infrastruktur desa, sehingga dapat membantu memberikan akses yang baik ke tempat wisata yang dituju. Gimana dana desa di tempatmu buat apa? Mari kritis.

Terakhir adalah Media Sosial yang dimanfaatkan dengan baik oleh pengelola wisata untuk mempromosikan tempat wisata di desa. Kalau kamu lihat promosi Gua Pindul sangat masif dari satu akun ke akun yang lain lalu viral dan Booommm!

Alam yang baik, pengelolaan dana yang transparan, ketidakrakusan pemerintah yang memonopoli pengelolaan dan masifnya promosi menjadi ramuan yang jitu untuk meningkatkan pariwisata Gunung Kidul. Kalau kamu mau desamu memiliki tempat wisata yang keren mari belajar dari Mas Fajar pemuda Gunung Kidul ini.

Hasil akhirnya pariwisata Gunung Kidul melesat dan mampu mensejahterakan masyarakatnya. Alam lestari, masyarakat sejahtera dan pemerintah mendapatkan PAD yang tidak sedikit. Sekedar bocoran pariwisata juga mampu menekan angka urbanisasi dari Kabupaten Gunung Kidul dan yang jelas pemudanya udah ndak malu punya motor berplat Gunung Kidul.

Saya pribadi berharap setelah postingan ini, tidak ada lagi postingan di facebook yang bilang “Ini tempat keren, harusnya pihak yang berwenang mengelola”. Mari kita kelola lingkungan kita dan jangan hanya mengandalkan pemerintah.

Tinggalkan Balasan ke Kang Rudi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

11 Komentar

  1. Betul sekali, tuban ki nggon wisatane uakih… Tpi malah seng prospek terbengkalai. Contoh, sendang mberon. Di banding gua rengel. Mberon luwih punya daya tarik. Tpi terbengkalai.

  2. Gunung Kidul khususnya, Yogyakarta secara umum..

    Memang sekarang perkembangan destinasi-destinasi wisata di Yogyakarta bagaikan jamur di musim penghujan..
    Dan salutnya lagi, sebagian besar merupakan inisiatif masyarakat..

  3. Tempat wisata alami bagi saya juga lebih asyik dipakai berwisata daripada tempat wisata buatan.
    Di Tuban sebenarnya juga sangat banyak sekali tempat2 wisata alam. Namun sayangnya kurang pengelolaan. Jadinya ya, begitulah. Tak terawat dan tak banyak yang tahu.

  4. Betul banget nih mas.. selain itu pengunjung harus sadar kebersihan lingkungan juga. Biar juga ikut andil dalam menjaga keindahan alamnya.