Tempat Kerja : Bukan Privasi, tapi Kolaborasi yang Utama

Open Space Bukalapak
Sumber foto : bukalapak.com

Saya baru saja melihat tayangan di Youtube dengan tema kantor para Start Up keren di Indonesia. Diantaranya saya menonton tempat kerja Gojek yang ditampilkan oleh salah satu channel Youtube dan tempat kerja Bukalapak yang ditampilkan oleh channel Bayu Skak. Kantor yang futuristik, impian anak muda. Itulah kesan pertama saya.

Di kedua kantor itu disediakan fasilitas yang milenial banget. Diantaranya tempat game, tempat makan yang baik, Tenis Meja, bahkan ada yang menyediakan tempat tidur. Ya! Tempat tidur. Tetapi bukan itu yang membuat saya iri. Toh saya enggak suka-suka banget maen game, atau main tenis meja bareng atau bahkan tidur di kantor.

Kemudian apa yang membuat saya iri? Saya iri dengan desain kantor yang merangsang mereka untuk berkolaborasi. Di kantor saya hal itu tidak ada dan itu yang menjadi poin utama kenapa kantor saya enggak asyik! Walaupun di kantor saya juga ada tenis meja dan tempat fitnes tapi di kantor saya yang beraroma birokrasi ini, semua orang ditaruk di kotak-kotak bernama workstation atau kubikel. Kaya labirin gitu.

Di Amerika saat ini ada 70% kantor yang berkonsep open space. Menurut International Facility Management Association, Sillicon Valley adalah tempat terbanyak yang mengadopsi tempat kerja tanpa sekat ini. Mereka berdalil sama dengan Gojek dan Bukalapak untuk menciptakan kolaborasi. Sepertinya mereka berhasil, buktinya mereka jadi perusahaan-perusahaan raksasa dan bahkan menjadi motor perubahan peradaban manusia.

Konsep open space untuk perkantoran sebenarnya bukanlah konsep baru. Konsep ini sudah diperkenalkan di Jerman pada dekade 1950-an lalu. Sekarang perusahaan besar seperti google, Yahoo, Facebook dan lainnya menganutnya. Facebook bahkan memiliki kantor open space terbesar di dunia yang menampung sekitar 3.000 Engineer dalam satu tempat.

Michael Bloomberg sebagai pengusaha dikenal sebagai pelopor penggunaan konsep open space ini. Michael Bloomberg berkata bahwa open space adalah gambaran sebuah proses kerja yang transparan dan berkeadilan. Mungkin karena tidak ada sekat antar satu staff dan yang lain, sehingga seluruhnya dapat dengan sama rata, -sama-sama diawasi Bos.

Meski telah menghasilkan perusahaan-perusahaan yang berkinerja bagus serta start up yang berstatus unicorn, tetap saja ada yang tidak setuju dengan konsep open space yang dianggap nihil privasi. Ada essai yang ditulis seorang pekerja periklanan yang memancing perdebatan mengenai konsep ini di internet. Dia bernama Lindsey Kaufman.

Lindsey Kaufman membeberkan keluhannya mengenai perubahan desain kantornya yang awalnya menggunakan kubikel atau sekat menjadi konsep open space. Lindsey menyatakan mendapat gangguan kebisingan dan frustasi akibat kebisingan yang dihasilkan oleh open space. Tidak cuma mengeluh dia juga menyertakan hasil-hasil riset yang mendukung keluhannya.

Sebenarnya open space yang saat ini ada pun tidak sepenuhnya nihil privasi karena juga dikombinasikan dengan ruang-ruang privasi. Beberapa perusahaan melakukannya. Contohnya Gojek, di Gojek memang tempat kerja utamanya adalah open space namun Gojek juga menyediakan ruang-ruang dengan privasi tinggi. Ini digunakan untuk keperluan video call, atau rapat yang intens atau bahkan coding yang kadang butuh kesendirian sehingga tidak terganggu oleh aksi “kolaborasi” tim yang ada di ruang kerja.

Dan fakta bahwa start up seperti gojek mampu memiliki valuasi 40 Triliyun Rupiah kemudian Bukalapak 13 Triliyun Rupiah kok ya naif jika kita menganggap bahwa open space itu bising dan malah mengurangi peroduktivitas. Bagi saya tempat kerja, Bukan privasi tapi kolaborasi yang lebih utama.

Tinggalkan Balasan ke Kang Rudi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

11 Komentar

  1. Kebetulan saya kerja di salah satu startup dan konsep ruang kerjan semi open space juga. Rasanya malah lebih rame dan ada saja ide yang tiba-tiba muncul dengan konsep ruang kerja yang seperti itu. Apalagi di tembok kantor banyak mural-mural yang menarik

  2. Tempat kerjaa saya masih kubikel mas, bersekat2, tapi ya tetap saja kami berkolaborasi meskipun ga seleluasa open space.

    Kalau ditanya saya suka yg mana, saya suka kantor2 yg sprti bukalapak, kantor2 zaman now yg tidak konvensional seperti dulu lagi.

  3. Pengalaman juga waktu dulu di tempat ngajar yg lama. Ruang guru disetting bebas duduk dlam posisi tempat duduk yg berbentuk melingkar. Tdak ada meja utk pak dan bu siapa. Teenyata kondisi ini merubah sungkan antara muda tua, kaya miskin. Alhasil tercipta kebersamaan.