Obrolan Kita Tak Lagi Seru

Cangkruk’an sebagai sarana bersosialisasi

Mengobrol atau bicara adalah interaksi paling manusiawi dari manusia. Setiap kegiatan selalu diselipkan aktivitas ngobrol. Bahkan Da’i Kondang KH Anwar Zahid pernah mengatakan, kalau Ibu-Ibu mendarat maka dapat dipastikan sebagian besar aktivitasnya adalah mengobrol. Sampai lupa dengan kegiatan intinya untuk membantu orang yang punya gawe.

Budaya ngobrol ini sangat mudah ditemui di seluruh muka bumi. Contohlah di Jawa Timur yang memiliki kultur Cangkrukan atau duduk-duduk yang disertai ngobrol. Cangkrukan itu adalah aktivitas ngobrol sengobrol-ngobrolnya atau ngobrol sejati. Hampir 100% kegiatannya adalah ngobrol walaupun kadang diselingi nyorakin orang lewat jika yang lewat menarik perhatian.

Konon manusia berjenis kelamin perempuan memiliki 20.000 ribu kata yang harus dikeluarkan dan untuk laki-laki sebanyak 7.000 kata. Ribuan kata ini hanya bisa dikeluarkan hanya jika ngobrol, kan tidak mungkin manusia bicara sendiri hanya demi menuntaskan hasratnya yang ribuan kata itu.

Ngobrol sejatinya memiliki tujuan yang baik dan umumnya juga sama. Paling utama tapi tidak disadari ya tadi itu menghabiskan jatah ribuan kata yang harus dimuntahkan dari mulut kita. kedua untuk menemukan informasi baru. Konon ini manfaat terbesar dari ngobrol. Semua peserta perkobrolan bisa saling bertukar informasi yang diketahuinya.

Sebelum era digital seperti sekarang, orang-orang yang rajin baca berita dari koran ataupun nonton TV atau pilihan terakhir dengar radio akan mendominasi pembicaraan. Karena merekalah yang memiliki paling banyak informasi. Tetapi kadang juga tidak, kejadian-kejadian lokal misalnya ilangnya sandal Kiai di langgar tidak tercover dalam koran atau TV. Jadi dalam aktivitas ngobrol jadi seru karena saling berbagi informasi.

Sejak era digital merebak, seolah semua orang punya identitas baru yaitu Netizen. Istilah Netizen ini mengalahkan pamor istilah Masyarakat yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Syekh Siti Jenar untuk menghilangkan kesan tingkatan sosial dalam lingkungan pergaulan. Netizen inilah mengubah dunia perkobrolan tadi menjadi tidak begitu seru lagi.

Ketika bertemu mereka umumnya langsung nyambung dengan apa yang dibicarakan oleh kawan-kawannya. Tidak ada lagi orang-orang yang hobby membaca koran atau TV mendominasi. Semua informasi yang ada di koran pun sudah setiap saat tersedia di genggaman, tidak perlu punya keinginan membaca, setiap ada informasi terbaru telepon genggam akan bergetar atau berbunyi sehingga mau tidak mau sang empunya membacanya.

Tak hanya dominasi pembaca koran yang turun, dominasi informan lokal pun meredup. Informasi lokalan juga acapkali menghiasi timeline media sosial. Tetangga yang bawa kabur anak gadis tetangganya atau seperti sebelumnya sandal Kiai ilangpun terserak di media sosial. Terus kalau sudah demikian apalagi yang akan diobrolkan?

Walaupun sudah tahu, marilah saling mengobrol. Walaupun sama-sama tahu, bisa juga toh bertukar pikiran soal kabar yang sudah sama-sama tahu tadi. Dari informasi yang sudah jadi rahasia umum itu, bisa digali dan dipikirkan bersama untuk menemukan hal baru untuk memajukan peradaban. Paling penting dengan sama-sama tahu jadi jangan sok tahu lagi, karena sejatinya semua orang pengetahuannya seimbang, yang berbeda hanya persepsi atas informasi.

Tetaplah ngobrol dengan seru! Salam Perfecto! Ntah salam apa ini, yang jelas setiap hari rekan saya selalu ngomong ini untuk menutup obrolan, atau mungkin ini usaha beliau untuk membuat ngobrol menjadi seru? Ntahlah. Dan untuk seru-seruan pula saya menjawab dengan mantab, Perfecto! sambil mengepalkan tangan di depan muka. Muka saya sendiri tentunya.

Jika bermanfaat silakan anda bagikan tulisan ini dan kami juga memiliki koleksi tulisan yang menarik lainnya, silakan klik Daftar Isi untuk melihat daftar tulisan kami. Selamat membaca! :-)

Tinggalkan Balasan ke Kang Rudi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 Komentar

  1. Yah ,,semakin kesini kesan mengobrol atau nongkrong,ngerumpi dan lain lain menjadi kurang bermakna..

    disaat ngumpul,semua disibukan dengan yang namanya gadget atau smartphone ……