Ini Kerennya Goa Maharani Lamongan

Narsis di Kandang Pelikan
Narsis di Kandang Pelikan

Jumat siang, tiba-tiba saya ditelepon salah satu vendor, mereka mengatakan sudah berada di kantor dan membawa kabel FO sepanjang 500 meter dan akan dipasang saat itu juga. Ya Allah… Pas mau pulang ke Tuban kenapa selalu ada saja pekerjaan mendadak yang mengharuskan saya standby di kantor. Tapi ndak apa-apa saya punya tim yang mengerti keadaan saya sebagai seorang ayah yang sebulan sekali ketemu anaknya. Pekerjaan itu pun beres walaupun tanpa saya.

Sampai Stasiun Senen, saya menuju loket penukaran tiket. Banyak orang yang sudah antri di depan Mesin Cetak Tiket Mandiri atau yang disingkat CTM. Beberapa orang terlihat panik karena beberapa saat lagi keretanya akan berangkat dan sebagian lagi terlihat cuek dengan orang-orang panik itu. Ah yasudahlah memang empati di Indonesia masih belum sepenuhnya dipraktekkan.

Selesai cetak tiket saya menuju Musholla untuk menunaikan Ibadah Ashar. Musholla Stasiun ini keren, karena setiap saat penjaganya selalu teriak “Bapak/ Ibu mohon hati-hati barangnya, Barangnya ditaruh di tempat yang gampang terlihat saat Sholat”. Selesai Ibadah saya menuju ke Ruang Tunggu Stasiun dan Kereta Gumarang pun datang.

Kereta Gumarang tiba di Bojonegoro tepat pada pukul 02.00 WIB dini hari. Langsung menuju rumah dan sampai rumah ngelihat anak lagi tidur dengan pulasnya jadi tenang. Pagi bangun agak males-malesan, tapi udah diajak main sama anak, mau gimana lagi harus kuat.

Singkat cerita, sudah hari kedua saya di Tuban. Keluarga ngajakin jalan-jalan. Saya sudah lama, tepatnya setelah menikah belum pernah sekalipun jalan-jalan. Nah saya punya ide gimana kalau main ke Goa Maharani saja. Keluarga setuju. Kami meluncur ke Paciran, Lamongan tempat Goa Maharani berada. Perjalanan dari Tuban cuma 1,5 Jam.

Sampai Perkiran Goa Maharani. Wah emang sesuai namanya nih “Maharani” yang berarti Maha Ratu. Masuk ke pintu gerbang menuju ke loket pembayaran. Kaget juga lihat harganya. Tiket masuk Rp 60.000,- Bro! Saya pernah ke Goa Maharani 14 tahun yang lalu ketika masih goa saja dan di sebelah utaranya masih bernama Tanjung Kodok. Mungkin saat itu tiket masuknya masih dibawah Rp 5.000,-. Oke mari kita masuk ke Wisata Goa Maharani, seperti apa sih kok mahal banget.

Pintu gerbangnya sudah keren. Pas masuk sudah disambut suara keras Siamang. Kemudian ada Musium binatang juga. Mengingatkan saya konsep musium ini seperti di Batu Screet Zoo Batu. Isi dari Musium Hewan ini adalah hewan-hewan yang sudah mati dan diawetkan. Ada banyak sekali, dari primata, reptil, mamalia sampai replika hewan purba seperto mamoot dan dinosaurus.

Keluar terus menuju ke kandang Singa dan Harimau. Konsepnya juga hampir sama dengan di Batu Screet Zoo. Kalau di Batu Screet Zoo bernama Africa, yang tentunya berisi hewan-hewan dari Afrika. Kalau di Goa Maharani ini berisi Singa cokelat dan putih kemudian harimau cokelat dan juga putih. Kita akan diajak naik keatas untuk melihat hewan ini. Saya ndak foto disini karena memang sudah seneng lihat singa-singa itu :-)

Sebenarnya banyak banget hewan-hewan yang ada dikawasan ini, misalnya ada kanguru, merpati dan lain-lain. Tapi karena anak saya sepertinya sudah kecapekan. Maka kami memutuskan untuk langsung masuk ke Goa Maharani yang menjadi sajian utama tempat wisata ini.

Goa Maharani seperti goa pada umumnya yaitu terdapat stalaktit dan stalakmit yang bermunculan didalamnya. Goa memiliki lorong-loronga yang cantik ditata sedemikian rupa sehingga membuat pengunjung nyaman berjalan-jalan menyusuri goa ini. Di dalam goa terdapat kipas angin yang akan menjamin aliran udara tetap normal di dalam Goa. Jaraknya nggak panjang sih. Nggak membutuhkan waktu lama untuk berkeliling di perut goa ini.

Narsis sama Istri tercintah
Narsis sama Istri tercintah :-D

Keluar dari goa, saya masuk ke Gemstone gallery. Ketika masuk gallery ini, saya disuguhi pemandangan berbagai batu mulia yang sempat booming beberapa waktu lalu dari berbagai ukuran dan jenis. Ada yang fosil kayu, fosil binatang laut sampai batu lintang. Di tata dalam lemari kaca dan diberi pencahayaan yang keren sehingga membuat kagum orang yang melihatnya. Beberapa batu saya kenal, misalnya batu fosil binatang laut yang dulu banyak ditemukan disekitar rumah saya dan batu lintang yang tidak asing bagi orang-orang yang tinggal di lingkungan yang berbatu cadas seperti Kabupaten Tuban dan Lamongan.

Keluar dari Goa Maharani saya langsung keluar melalui pintu keluar. Keluar dari area wisata, disambut dengan pedagang pernak-pernik khas dari Goa Maharani dan Lamongan umumnya. Pedagangnya baik-baik ndak maksa pembeli. Duduk rapi menunggu pelanggan. Tapi ya khas Indonesia, kita harus pintar menawar.

Ahhh akhirnya selesai kunjungan saya ke Icon Kabupaten Lamongan ini. Dan ternyata harga tiket memang sebanding bahkan murah, karena tempatnya memang keren. Suatu hari nanti saya akan kembali ke sana. Saya kembali ke Tuban dan melanjutkan perjalanan ke Jakarta untuk bekerja kembali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

6 Komentar