PGDK, Social Movement untuk Ubah Citra Dangdut

PGDK
Salah satu aksi PGDK Chapter Pekalongan
Sumber : maxtonespro.blogspot.com

Apa yang terlintas dipikiranmu kalau denger kata dangdut? Kampungan, Norak, Musik ndeso! Apapun lah saya terima hehehe. Tidak dipungkiri memang citra dangdut sekarang jatuh karena ulah beberapa pelaku industri ini yang ingin mengambil jalan pintas untuk meraup materi. Dangdut yang dulu sangat mendayu-ndayu memanjakan telinga pendengarnya, kini berubah menjadi tontonan yang beringas. Hampir tidak ada pertunjukan dangdut yang berjalan tanpa tawuran.

Selain tawuran, dangdut juga dihadapkan dengan persoalan moral. Moral disini terkait dengan penampilan pelaku dangdut sendiri diatas panggung, khususnya penyanyi yang kadang tindak tanduknya dinilai masyarakat sebagai “Kurang Sopan” bahkan Vulgar. Kenyataannya, beberapa waktu lalu ramai berita soal pencekalan beberapa pelaku industri dangdut yang dianggap dapat merusak generasi bangsa, untuk tampil dibeberapa kota.

Saya sebagai penikmat musik dangdut tentu sangat sedih. Saya adalah penggemar musik dangdut koplo khususnya New Pallapa, dulunya pernah ngefans berat sama SERA tapi akhir-akhir ini saya memilih jadi Saudara New Pallapa atau sering disebut SNP Indonesia. Saya lahir ditengah keluarga yang cinta dangdut. Bapak saya seorang seniman dangdut amatiran, begitu juga Ibu saya. Dengan dicekoki musik dangdut setiap hari dirumah, lama-lama saya juga suka dengan musik ini. Walaupun saya tinggal di Jakarta dan bekerja disebuah perusahaan Nasional, saya tidak malu memutar New Pallapa untuk menemani saya mengerjakan tugas sehari-hari di kantor.

Pada suatu sore setelah jam kantor, seperti biasa saya melepas penat dengan mencoba browsing-browsing video dangdut terbaru di Youtube. Saya ketemu sebuah video yang keren, maksudnya kualitas gambarnya. Jarang ada rekaman video dangdut yang menggunakan format HD. Judul video itu adalah “NEW PALLAPA LIVE PJR – CIREBON – GRAJAKAN BANYUWANGI – CEK SOUND BARENG AKIYO PJR SNP PGDK”. Video tersebut memperlihatkan bagaimana New Pallapa melakukan check sound sebelum memulai pertunjukan.

Musiknya enak, mendayu-ndayu, bersih, tidak berisik dan tidak bringas, maksud kata bringas disini bukan yang bertempo cepat tapi musik yang tidak tentu arah hanya mengandalkan kecepatan beat tanpa memperhatikan harmonisasi. Padahal dangdut itu adalah harmonisasi.

Menariknya, disalah satu bagian frame video itu menunjukkan sekelompok pemuda dengan wajah yang damai ndak bringas. Mereka berjoget dengan kompak sekali. Nampak dipimpin satu orang yang terlihat sangat hafal dengan ketukan-ketukan lagu ini. Awalnya cuma beberapa pemuda, lama-lama jadi banyak yang ikut. Saya penasaran, siapa kelompok pemuda kreatif ini. Setelah browsing-browsing saya dapat keterarangan, bahwa mereka menyebut dirinya sebagai PGDK, kependekan dari Pasukan Goyang Dangdut Koplo!

Saya langsung berteriak dalam hati “Gotcha!” ini yang dibutuhkan oleh dangdut. Saya langsung berangan-angan suatu saat PGDK akan menjadi sebuah fenomena. Ingat fenomena flashmob, yang beberapa waktu lalu booming di media social? PGDK juga bisa menjadi pelopor flashmob pada saat ada konser dangdut. PGDK bisa mengendalikan penonton dangdut yang akhir-akhir ini bringas untuk bergoyang bersama dengan gerakan yang unik. Saya yakin jika ini dilakukan, konser dangdut akan menjadi konser yang menyenangkan, bukan saja pemain dan penyanyinya saja yang bisa ditonton tapi juga penontonnya.

Bayangkan, misalnya disebuah konser dangdut skala besar kemudian ada panggung untuk pemandu goyang dan beberapa anggota PGDK dibarisan paling depan, lalu bergoyang deh dengan kompak. Saya yakin seluruh penonton akan terprovokasi untuk bergoyang bersama dengan damai. PGDK bisa menjadi gerakan sosial atau social movement untuk memulihkan citra dangdut dan kampanye bahwa dangdut adalah musik yang bermartabat, tidak berbeda dengan genre musik yang lain di muka bumi ini.

Pelaku industri maupun regulator industri dalam hal ini pemerintah, harus “memanfaatkan” keberadaan PGDK ini untuk mengendalikan penonton sekaligus meningkatkan citra dangdut di masyarakat, sehingga kesan bringas dan vulgar akan hilang. Dan yang untung kan juga pelaku industri dangdut juga. Salam Dangdut! SNP Indonesia :-D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

16 Komentar

  1. Coba deh search di Google: “Temon Holic”, mereka juga kaya PGDK, malah lebih teratur dan punya ciri khas, punya kostum khusus juga, dan di setiap kota sudah punya korwil masing-masing….

    1. Wah mas Agus bener ini? Wah blog saya dikomen saya blogger terkemuka :-) Terimakasih sudah mampir mas. Siap buat nyari teman holic.

  2. Pgdk Dan New pallapa akan direncanakan menjadi filter menyaring dari kekotoran para pelaku perusak citra dangdut. terbukti dengan tempo musiknya yang kalem Dan yang paleng menonjol adalah fans beratnya new palapa. Sendiri, yaitu “saundara new pallapa” sekali saudara selamanya saudara satu wadah ojo sampek pecah. Salam Snp Tuban. Ngomong opo Toh aku iki ! Heheh.

    1. Beat musik cepat tidak masalah, itu juga bagian dari seni. Tapi jangan hanya mengandalkan cepat karena dangdut adalah harmonisasi :-)